Please click below icon to chat with our customer service
Call us from 08:00 AM - 05:00 PM (GMT +7)
Batu split / batu pecah / batu belah adalah material bangunan yang diperoleh dengan cara membelah / memecah batu yang berukuran besar menjadi ukuran kecil, menggunakan mesin penghancur (crusher). Secara umum, fungsi utama batu split adalah sebagai bahan campuran untuk pembuatan beton cor. Proses pembuatan beton cor ini adalah dengan mencampur batu split, pasir, semen, dan air. Setelah itu, campuran ini dicetak sesuai dengan peruntukannya.
Jika kita lihat, batu split tersedia dalam berbagai ukuran, dan masing-masing ukuran memiliki fungsi yang berbeda-beda, sebagai berikut :
Ukuran ini sering disebut juga dengan istilah abu batu. Ukuran ini merupakan yang paling lembut, ukuran partikelnya menyerupai pasir lembut. Batu split ukuran ini banyak dibutuhkan untuk proses pengaspalan, pembuatan gorong-gorong, pembuatan batako press, atau digunakan sebagai pengganti pasir.
Ukuran ini disebut juga dengan batu split ukuran 3/8 cm. Ukuran ini banyak digunakan untuk campuran dalam proses pengaspalan jalan, mulai dari jalan yang ringan sampai jalan kelas 1. Batu split ukuran ini akan dicampur dengan aspal menjadi aspal mixed plant atau disebut juga aspal hot mixed.
Ukuran ini banyak digunakan untuk bahan pengecoran macam-macam konstruksi, mulai dari konstruksi ringan sampai berat. Bangunan-bangunan yang menggunakan beton cor dari bahan batu split ukuran ini antara lain jalan tol, gedung bertingkat, bandara, rel kereta, pelabuhan / dermaga, tiang pancang, jembatan dan lainnya.
Ukuran ini banyak digunakan untuk bahan pengecoran lantai dan pengecoran horizontal lainnya.
Ukuran ini biasanya digunakan untuk dasar badan jalan sebelum menggunakan material yang lain, penyangga bantalan kereta api, penutup atau pemberat pipa di dasar laut, dan beton cor pemecah ombak.
Material batu split ini termasuk dalam jenis sirtu. Batu split agregat A ini merupakan campuran antara beberapa jenis ukuran baru split. Bahan campurannya terdiri dari abu batu, pasir, batu split ukuran 10-20 mm, batu split ukuran 20-30 mm dan batu split ukuran 30-50 mm. Pencampuran bahan ini tidak ada standar komposisi yang baku. Komposisi disesuaikan dengan peruntukannya. Batu split agregat A ini pada umumnya digunakan sebagai bahan pengecoran dinding, pembuatan dinding dan campuran bahan beton cor.
Material batu split ini termasuk dalam jenis sirtu. Batu split agregat B ini merupakan campuran antara beberapa jenis ukuran baru split. Bahan campurannya terdiri dari tanah, abu batu, pasir, batu split ukuran 10-20 mm, batu split ukuran 20-30 mm dan batu split ukuran 30-50 mm. Komponen tanah merupakan pembeda komposisi dengan batu split agregat A.
Pencampuran bahan ini tidak ada standar komposisi yang baku. Komposisi disesuaikan dengan peruntukannya. Batu split jenis agregat B ini pada umumnya digunakan untuk bahan timbunan awal pengerasan jalan dengan tujuan untuk meratakan dan mengikat lapisan batu split yang digelar pada lapisan di atasnya.
Material batu split ini sering disebut batu asalan. Batu split agregat C ini merupakan campuran antara beberapa ukuran baru split. Bahan campurannya terdiri dari tanah, abu batu, pasir, batu split ukuran apa saja, dengan komposisi yang tidak beraturan. Batu split agregat C ini pada umumnya digunakan untuk bahan timbunan untuk pengurukan lahan, reklamasi dan lain-lain.
Batu jenis ini sering disebut dengan boulder elephant stone. Batu gajah merupakan jenis batu split yang mempunyai ukuran paling besar dibandingkan dengan jenis batu split yang lain. Batu gajah berfungsi untuk menimbun lahan atau lokasi yang berdekatan dengan pantai. Batu gajah ini biasanya digunakan untuk membuat bahan beton pemecah ombak, bahan reklamasi pantai, bahan untuk membuat dermaga kecil atau yang paling umum digunakan untuk bahan pondasi bangunan.
Di dalam dunia konstruksi, dikenal istilah proses urugan. Proses urugan adalah proses menimbun tanah dari suatu tempat ke tempat lain yang akan diurug. Dengan proses ini, diharapkan tempat yang diurug tersebut mempunyai bentuk dan ketinggian yang sesuai dengan keinginan.
Tidak sembarang tanah cocok digunakan untuk mengurug suatu tempat. Tanah urugan tersebut haruslah memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut :
1. Tanah urugan harus memiliki tekstur yang cenderung remah
2. Struktur tanahnya berupa butiran-butiran
3. Tanah bebas dari kandungan humus
4. Material tanah bukan berupa lumpur
5. Tanah urugan harus bersih dari sampah
6. Tidak mengandung batu berdiameter lebih dari 10 cm
Adapun beberapa jenis tanah urug yang baik adalah sebagai berikut :
Tanah merah atau disebut juga dengan laterit adalah tanah yang secara fisik berwarna coklat kemerah-merahan. Tanah ini umumnya terbentuk di lingkungan yang dingin, lembab, dan tergenang air.
Karakteristik tanah ini yaitu gampang menyerap air, memiliki profil tanah yang dalam, mengandung bahan organik yang sedang, mempunyai pH netral sampai asam, serta memiliki kandungan alumunium dan zat besi.
Tanah merah memiliki tekstur yang cukup padat dan kokoh. Tanah jenis ini banyak ditemukan di daerah pantai hingga pegunungan yang tinggi, serta menyebar di sebagian besar lahan di Indonesia. Selain dipakai untuk urugan tanah pada proyek pembangunan, tanah merah juga biasa digunakan untuk membentuk lahan perkebunan.
Picture 1 : Tanah Merah
Jenis tanah urug yang kedua adalah tanah padas. Karakteristik tanah padas ini adalah memiliki tingkat kepadatan yang sangat tinggi. Strukturnya terdiri dari lapukan batuan induk dengan kandungan organik tanah yang rendah bahkan hampir tidak ada. Hal ini dikarenakan mineral yang terkandung di dalam tanah ini telah dikeluarkan oleh air yang berada di lapisan atasnya.
Karena memiliki karakteristik teksturnya sangat kokoh tetapi sulit menyerap air, makanya orang hampir tidak ada yang mau memanfaatkan tanah ini untuk sektor pertanian. Kebanyakan tanah padas dipakai untuk pondasi infrastruktur bangunan berukuran besar seperti gedung-gedung bertingkat. Tanah padas bisa ditemukan di hampir seluruh daerah di Indonesia.
Picture 2 : Tanah Padas
Tanah urug berikutnya adalah tanah semi padas, atau kita sering menyebutnya dengan tanah liat. Tanah liat adalah tanah yang terbentuk dari perpaduan antara batuan kapur dan pasir.
Faktor utama yang mempengaruhi pembentukan tanah ini yaitu hujan yang terjadi secara tidak merata sepanjang tahun. Bisa dibilang tanah semi padas ibarat campuran tanah merah dan tanah padas sehingga sifat dan karakteristiknya pun seperti gabungan dari keduanya.
Tanah semi padas /tanah liat sebenarnya memiliki tingkat kesuburan yang cukup baik, sehingga layak dipergunakan untuk keperluan bercocok tanam. Selain itu, tanah liat juga biasa dimanfaatkan sebagai bahan baku kerajinan tangan serta material bangunan seperti genteng dan batubata. Lokasi tanah semi padas biasanya di dataran rendah dan lereng pegunungan.
Picture 3 : Tanah Liat
Pasir adalah material konstruksi yang berwujud butiran. Butiran pada pasir, umumnya berukuran antara 0,0625 – 2 mm. Materi pembentuk pasir adalah silikon dioksida, tetapi di beberapa pantai tropis dan subtropis umumnya dibentuk dari batu kapur.
Hanya beberapa tanaman yang dapat tumbuh di atas pasir, karena pasir memiliki rongga-rongga yang cukup besar. Pasir memiliki warna sesuai dengan asal pembentukannya. Pasir sangat penting untuk bahan material bangunan, yang biasanya dicampurkan dengan perekat yaitu semen.
Berikut adalah 5 jenis pasir menurut kualitasnya :
Pasir merah biasanya digunakan untuk bahan cor karena memiliki sifat lebih kasar dan batuannya agak besar.
Ciri dari pasir elod adalah apabila dikepal, akan menggumpal dan tidak akan buyar kembali. Pasir ini masih ada campuran tanahnya dan warnanya hitam. Jenis pasir ini tidak bagus untuk bangunan. Pasir ini biasanya hanya untuk campuran pasir beton agar bisa digunakan untuk plesteran dinding, atau untuk campuran pembuatan batako.
Pasir pasang adalah pasir yang tidak jauh beda dengan pasir elod, namun lebih halus dari pasir beton. Ciri-cirinya apabila dikepal akan menggumpal dan tidak akan kembali ke semula. Pasir pasang biasanya digunakan untuk campuran pasir beton agar tidak terlalu kasar sehingga bisa dipakai untuk plesteran dinding.
Pasir beton adalah pasir yang warnanya hitam dan butirannya cukup halus, namun apabila dikepal dengan tangan tidak menggumpal dan akan buyar kembali. Pasir ini baik sekali untuk pengecoran, plesteran dinding, pondasi, dan pemasangan bata dan batu.
Pasir sungai adalah pasir yang diperoleh dari sungai, yang merupakan hasil kikisan batu-batuan yang keras dan tajam. Pasir jenis ini butirannya cukup baik (antara 0,063 – 5 mm) sehingga merupakan adukan yang baik untuk pekerjaan pasangan. Biasanya pasir ini hanya untuk bahan campuran saja.
Non-woven geotextile diproduksi dengan menyatukan bahan-bahan, baik melalui metode kimia, panas, penjahitan atau metode lainnya. Non-woven geotextile terbuat dari bahan sintetis dan paling sering digunakan dalam filter / proses pemisahan. Material ini mampu mencegah kerusakan yang disebabkan sinar UV, pembusukan, degradasi biologis, basa dan asam yang bersumber dari alam.
Cara kerjanya adalah dengan membatasi partikel tanah tetapi memungkinkan zat cair dan gas lewat dengan mudah. Non-woven geotextile dapat juga digunakan untuk meningkatkan kualitas teknik lingkungan, teknik sipil dan proyek konstruksi seperti jalan, kereta api dan tempat pembuangan sampah. Kami menyediakan non-woven geotextile dan continuous fiber geotextile.
1. Memisahkan lapisan tanah
2. Mencegah pengikisan lapisan tanah
3. Filtrasi air dari tanah
4. Stabilisasi lapisan tanah
5. Hemat biaya
6. Mempercepat proses kontruksi
7. Membantu penggunaan alat berat
8. Tahan terhadap zat kimia dan unsur biologis
1. Penahan erosi di daerah pantai
2. Pembuatan rel kereta api
3. Pembuatan jalan aspal / beton
4. Melindungi aplikasi geomembrane
Woven geotextile sering digunakan pada proses pemisahan dan stabilisasi dalam konstruksi jalan. Woven geotextile berperan sebagai pemisah yang mencegah pencampuran lapisan tanah yang berbeda sehingga setiap lapisan tanah dalam struktur jalan berfungsi sebagaimana mestinya.
High tensile strength pada woven geotextile juga membantu meningkatkan sifat low elongation. Hal ini dilakukan dengan memberikan stabilitas melalui efek tension membrane ke badan jalan, mengurangi retak dan memperpanjang usia pakai jalan. Woven geotextile terbuat dari serat high-modulus polypropylene / polyester dan tersedia dalam berbagai tingkatan tensile dan sifat hidrolik, sesuai permintaan pekerjaan.
1. Menguatkan pondasi dengan cepat
2. Mencegah pencampuran lapisan tanah
3. Membantu pengerasan pondasi
4. Membantu mencegah penurunan lapisan tanah
5. Hemat biaya
6. Mempercepat proses kontruksi
7. Membantu penggunaan alat berat
1. Penahan erosi di pantai, pelabuhan
2. Pembuatan rel kereta api
3. Pembuatan jalan aspal / beton
Geomembrane adalah suatu lapisan dengan tingkat permeabilitas yang sangat rendah (tingkat kebocoran rendah) yang terbuat dari bahan sintetis. Geomembrane terbuat dari bahan polietilena bermutu tinggi dengan campuran karbon hitam, antioksidan, anti-aging dan anti-UV.
Komposisi seperti ini membuat geomembrane memiliki sifat ketahanan terhadap zat kimia yang baik, tahan retak, tingkat permeabilitas rendah dan ketahanan UV yang sangat baik. Ada dua jenis geomembrane yang kami tawarkan, yaitu High Density Polyethylene (HDPE) dan Low Density Polyethylene (LDPE).
Geomembrane berfungsi sebagai pemisah dan penampung zat cair. Lembaran geomembrane yang kedap air berfungsi sebagai pemisah dari cairan atau gas dengan lingkungan sekitarnya. Geomembrane biasanya dipakai sebagai penampungan air, kolam atau pun tambak. Ketebalan geomembrane yang dipakai difaktorkan dengan besar kecilnya ukuran dari tempat penampungan atau pun kolam yang akan dibuat.
Selain itu, cairan yang akan ditampung juga menjadi factor untuk memilih ketebalan geomembrane, untuk penampungan air limbah atau pun pertambangan akan diperlukan geomembrane dengan ketebalan yang lebih tinggi.
Untuk pemasangannya, geomembrane diperlukan welding khusus untuk penyambungan untuk tiap lembar geomembrane.
Berikut adalah spesifikasi geomembrane yang kami pasarkan.
Properties / Specs | GM 0.5 | GM 0.75 | GM 1.0 | GM 1.25 | GM 1.5 | GM 2.0 | GM 2.5 |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Thickness | 0.5 mm | 0.75 mm | 1.0 mm | 1.25 mm | 1.5 mm | 2.0 mm | 2.5 mm |
Density (≥) | 0.940 g/cc | 0.940 g/cc | 0.940 g/cc | 0.940 g/cc | 0.940 g/cc | 0.940 g/cc | 0.940 g/cc |
Tensile Properties (≥) | |||||||
|
7 kN/m | 10 kN/m | 13 kN/m | 16 kN/m | 20 kN/m | 26 kN/m | 33 kN/m |
|
10 kN/m | 15 kN/m | 20 kN/m | 25 kN/m | 30 kN/m | 40 kN/m | 50 kN/m |
|
- | - | 11% | 11% | 11% | 11% | 11% |
|
600% | 600% | 600% | 600% | 600% | 600% | 600% |
Tear Resistance (≥) | 56 N | 84 N | 115 N | 140 N | 170 N | 225 N | 280 N |
Puncture Resistance (≥) | 120 N | 180 N | 240 N | 300 N | 360 N | 480 N | 600 N |
Carbon Black Content (≥) | 2 - 3% | 2 - 3% | 2 - 3% | 2 - 3% | 2 - 3% | 2 - 3% | 2 - 3% |
Oxidative Induction (≥) | 60 min | 60 min | 60 min | 60 min | 60 min | 60 min | 60 min |
1. Kedap air
2. Berperan sebagai pembatas antar lapisan tanah
3. Mencegah air merembes
4. Mengisolir limbah sehingga tidak mencemari tanah
5. Sangat mudah dipasang
1. Pembuatan tambak
2. Pembuatan kolam penampungan limbah
3. Pembuatan danau buatan
4. Tempat Pembuangan Akhir
5. Pembuatan parit dan saluran air
Geobag adalah suatu jenis geotextile yang dijahit membentuk karung yang kemudian akan diisi dengan pasir / tanah. Geobag terutama digunakan di daerah pantai untuk melindungi pantai dari erosi air laut. Geobag dapat terbuat dari woven geotextile maupun non-woven geotextile tergantung tujuan aplikasinya.
Geobag ini dapat diisi on-site sebelum dipasang. Umumnya, untuk geobag yang diaplikasikan pada kanal dan tepi sungai, bentuk tiga dimensi dari wadah geobag membuat tanah menjadi kokoh dan mendorong pertumbuhan vegetasi.
1. Praktis sehingga mudah dipasang
2. Mampu menahan erosi oleh gelombang air
3. Bisa diisi dengan material on-site
4. Hemat biaya
5. Tersedia dalam berbagai macam ukuran dan bentuk
1. Penahan erosi di daerah pantai dan pelabuhan
2. Perkuatan pondasi di area basah
3. Penghalau luapan air sungai sehingga mencegah banjir
4. Penguatan lereng
Geotube secara konsep sama dengan geobag. Geotube terbuat dari geotextile yang dijahit membentuk karung yang kemudian akan diisi dengan pasir / tanah. Geotube terutama digunakan di daerah pantai untuk melindungi pantai dari erosi air laut. Geotube dapat terbuat dari woven geotextile maupun nonwoven geotextile tergantung tujuan aplikasinya.
Perbedaan antara geobag dan geotube adalah ukuran dan volume container yang dibuat dari geotextile untuk diisi dengan pasir. Geobag memiliki volume yang lebih kecil dibandingkan dengan geotube. Geobag biasa dipakai untuk keadaan pantai yang tidak terkena abrasi yang terlalu berat. Geobag biasanya diisi dengan pasir dan dijatuhkan keair, geotube dapat digunakan untuk daerah dengan kedalaman air yang cukup tinggi.
Geotube memiliki fungsi yang mirip dengan geobag, dengan ukuran yang biasanya lebih besar. Geotube dibuat dengan jahitan antara lembaran lembaran di sisi sisinya hingga membentuk seperti tabung silinder (tube). Ukuran geotube bervariasi dengan panjang dan lebar tergantung dengan permintaan, geotube biasa digunakan daerah kering maupun daerah dengan ketinggian air hingga 5 meter.
1. Praktis sehingga mudah dipasang
2. Mampu menahan erosi oleh gelombang air
3. Bisa diisi dengan material on-site
4. Hemat biaya
5. Tersedia dalam berbagai macam ukuran dan bentuk
1. Penahan erosi di daerah pantai dan pelabuhan
2. Perkuatan pondasi di area basah
3. Penghalau luapan air sungai sehingga mencegah banjir
4. Penguatan lereng
HDPE Corrugated Drainage Pipes yang kami suplai terutama dibuat untuk drainase atau aplikasi lapisan tanah, dan tersedia dalam varian: dinding tunggal (light duty) atau dinding ganda (heavy duty) dan perforated atau non-perforated.
HDPE Corrugated Drainage Pipes yang kami sediakan memiliki ketahanan yang tinggi terhadap bahan-bahan kimia yang bersifat korosif yang umumnya terdapat dalam air limbah. Bagian dalam permukaan pipa yang halus memastikan tingkat alir yang tinggi dan pipa memiliki sifat fisik yang sangat baik untuk memastikan stabilitas pipa masa pakai yang lama. HDPE Corrugated Pipes umumnya dipakai pada pembuatan perimeter drain dan gorong-gorong.
1. Proses penyambungan yang mudah
2. Biaya relatif murah dibanding pipa besi
3. Tidak menimbulkan polusi bagi lingkungan
4. Ringan dan kuat
5. Tahan kerusakan
1. Drainase / pipa pembuangan di perkotaan dan industri
2. Drainase di perkebunan dan pertambangan
3. Pelindung kabel listrik, kabel optik, maupun pipa lain yang ditanam di bawah tanah
Prefabricated Vertical Drainage (PVD) atau wick drain terbuat dari inti plastik yang dibungkus geotextile untuk mempercepat konsolidasi tanah dengan pengeringan yang lambat. Umumnya, proses konsolidasi juga disertai surcharging, yakni penerapan beban sementara pada tanah, dengan tekanan yang besarnya setara atau lebih besar dari tekanan desain.
Proses surcharging akan membuat tekanan air dalam pori-pori tanah meningkat pada awalnya, namun seiring waktu, air akan berpindah dan tanah menjadi padat. Fungsi PVD adalah untuk mempersingkat jarak tempuh air pada pori-pori tanah sehingga mengurangi waktu yang diperlukan untuk membuat tanah padat. Air akan mengalir secara lateral ke saluran terdekat, lebih cepat dibandingkan aliran vertikal (tanpa PVD).
PVD memiliki beberapa keunggulan yang menjadikannya cukup populer dipakai, seperti mampu mengurangi total waktu yang diperlukan dalam proses pemadatan tanah oleh preload. Berkaitan dengan itu, penerapan PVD juga mengurangi beban tambahan yang dibutuhkan untuk mencapai kepadatan yang diinginkan dalam waktu yang sama.
Keunggulan lainnya adalah PVD mampu meningkatkan kekuatan tanah yang diperoleh dari pemadatan tanah halus, dimana stabilitas adalah faktor yang harus diperhatikan. Dari sudut pandang lain, dibandingkan dengan sand drain, PVD lebih ekonomis dan mengurangi gangguan yang dapat mengurangi stabilitas tanah serta pemasangan yang lebih mudah.
Kebanyakan orang menganggap bahwa PVD cocok dipasang untuk segala jenis tanah yang memiliki proses pemadatan yang sangat lambat yang disebabkan oleh kondisi natural tanah yang lembab karena rendahnya permeabilitas tanah dan besarnya jarak dengan drainage natural. Tetapi, pemasangan PVD tergantung tidak cocok untuk dipakai dalam semua jenis tanah dan dipengaruhi oleh kondisi geologi.
Umumnya, tanah yang cocok untuk penerapan PVD bertipe silt atau clays inorganic yang memiliki sesitivitas yang rendah. Tanah dengan lapisan organic juga cukup bagus untuk aplikasi PVD. Fitur-fitur lain seperti decomposed peat, pasir halus, dan tanah hasil kerukan juga cocok untuk aplikasi PVD.
PVD sangat bagus digunakan untuk proyek-proyek konstruksi di daerah Riau yang banyak dijumpai daerah rawa-rawa, seperti di Dumai, Pekanbaru, Kuantan Singingi, Indragiri Hulu, Indragiri Hilir, Pelalawan, Siak, Kampar, Rokan Hulu, Bengkalis dan Rokan Hilir.
1. Meningkatkan kepadatan tanah dengan cepat
2. Mencegah longsor
3. Mempercepat pengeringan lahan
1. Proyek konstruksi di lahan basah / rawa
2. Pembangunan bandara
3. Pembangunan pelabuhan
4. Proyek reklamasi
Keberadaan alat berat dalam proyek-proyek dewasa ini baik proyek konstruksi maupun proyek manufaktur sangatlah penting guna menunjang proyek-proyek pemerintah ataupun swasta baik dalam pembangunan infastruktur maupun dalam eksplorasi hasil-hasil tambang, misalnya fosfat dan batubara.
Keuntungan-keuntungan dengan menggunakan alat-alat berat antara lain waktu yang sangat cepat, tenaga yang besar dan nilai-nilai ekonomis. Kemajuan teknologi dan material industri saat ini juga mempengaruhi perkembangan kemajuan alat berat, baik jenis atau model yang diperlukan mengikuti fungsinya di lapangan.
Tujuan dari penggunaan alat-alat berat tersebut adalah untuk memudahkan manusia dalam mengerjakan pekerjaannya, sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai dengan lebih mudah dengan waktu yang relatif lebih singkat.
Penggunaan alat berat yang kurang tepat dengan kondisi dan situasi lapangan pekerjaan akan menimbulkan kerugian antara lain rendahnya produksi, tidak tercapainya jadwal atau target yang telah ditentukan atau kerugian biaya perbaikan yang tidak semestinya. Oleh karena itu, sebelum menentukan tipe dan jumlah peralatan dan attachmentnya sebaiknya dipahami terlebih dahulu fungsi dan aplikasinya.
Berikut macam-macam alat berat berdasarkan fungsinya :
Kondisi lahan proyek kadang-kadang masih merupakan lahan asli yang harus dipersiapkan sebelum lahan tersebut mulai diolah. Jika pada lahan masih terdapat semak atau pepohonan maka pembukaan lahan dapat dilakukan dengan menggunakan dozer. Untuk pengangkatan lapisan tanah paling atas dapat digunakan scraper. Sedangkan untuk pembentukan permukaan supaya rata selain dozer dapat digunakan juga motor grader.
Picture 1 : Dozer
Jenis alat ini dikenal juga dengan istilah excavator. Beberapa alat berat digunakan untuk menggali tanah dan batuan. Yang termasuk didalam kategori ini adalah front shovel, backhoe, dragline, dan clamshell.
Picture 2 : Front Shovel
Crane termasuk di dalam kategori alat pengangkut material, karena alat ini dapat mengangkut material secara vertikal dan kemudian memindahkannya secara horizontal pada jarak jangkau yang relatif kecil. Untuk pengangkutan material lepas (loose material) dengan jarak tempuh yang relatif jauh, alat yang digunakan dapat berupa belt, truck dan wagon. Alat-alat ini memerlukan alat lain yang membantu memuat material ke dalamnya.
Picture 3 : Crane
Yang termasuk dalam kategori ini adalah alat yang biasanya tidak digunakan sebagai alat transportasi tetapi digunakan untuk memindahkan material dari satu alat ke alat yang lain. Loader dan dozer adalah alat pemindahan material.
Picture 4 : Loader
Jika pada suatu lahan dilakukan penimbunan maka pada lahan tersebut perlu dilakukan pemadatan. Pemadatan juga dilakukan untuk pembuatan jalan, baik untuk jalan tanah dan jalan dengan perkerasan lentur maupun perkerasan kaku.
Yang termasuk sebagai alat pemadat adalah tamping roller, pneumatic tired roller, compactor, dan lain-lain. Pekerjaan pembuatan landasan pesawat terbang, jalan raya, tanggul sungai dan sebagainya tanah perlu dipadatkan semaksimal mungkin.
Yang termasuk sebagai alat pemadat adalah tamping roller, pneumatic tired roller, compactor, dan lain-lain. Pekerjaan pembuatan landasan pesawat terbang, jalan raya, tanggul sungai dan sebagainya tanah perlu dipadatkan semaksimal mungkin.
Picture 5 : Roller
Alat ini dipakai untuk mengubah batuan dan mineral alam menjadi suatu bentuk dan ukuran yang diinginkan. Hasil dari alat ini misalnya adalah batuan bergradasi, semen, beton, dan aspal. Yang termasuk didalam alat ini adalah crusher dan concrete mixer truck. Alat yang dapat mencampur material-material di atas juga dikategorikan ke dalam alat pemroses material seperti Concrete Batch Plant (CBP) dan Asphalt Mixing Plant (AMP).
Picture 6 : Crusher
Alat digolongkan pada kategori ini karena fungsinya yaitu untuk menempatkan material pada tempat yang telah ditentukan. Di tempat atau lokasi ini material disebarkan secara merata dan dipadatkan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Yang termasuk di dalam kategori ini adalah concrete spreader, asphalt paver, motor grader, dan alat pemadat.
Picture 7 : Concrete Spreader
Lansering adalah proses pemindahan kayu hasil panen industri, dari tempat pemanenan (harvesting) ke tempat penampungan. Lansering adalah salah satu tahapan dalam proses pemanenan kayu, yang biasanya dilakukan industri pulp and paper.
Adapun proses lansering harus mampu mencapai target pengiriman yang telah ditetapkan, tepat waktu, dan juga dilakukan dengan efisiensi tinggi.
Dalam mengerjakan sebuah proyek konstruksi, tidaklah hanya memerlukan kesiapan finansial tetapi kesiapan dalam pelaksanaanya. Setiap pelaksanaan pekerjaan konstruksi tidak hanya pada tempat yang mudah dijangkau dan peralatan bisa masuk dengan mudahnya, ada juga tempat yang aksesnya sulit dijangkau.
Kadangkala tempat yang akan dijadikan pelaksaan proyek itu sendiri berada pada hutan yang dengan pelaksanaannya harus dilakukan beberapa pembersihan dahulu (land clearing).
Berikut beberapa tahap yang umumnya dilakukan dalam land clearing.
Sebuah kegiatan pembabatan pepohonan yang berdiameter maksimum 30 cm, dengan tujuan untuk mempermudah pelaksanaan.
Kegiatan penumbangan pepohonan yang berdiameter lebih dari 30 cm.
Kegiatan pengumpulan kayu-kayu yang kemudian dikumpulkan menjadi tumpukan-tumpukan kayu pada jarak tertentu, perlu diperhatikan adanya jalur tumpukan yang sesuai dengan arah angin.
Pembakaran kayu-kayu yang telah ditumbangkan dan cukup kering, dengan tidak melalaikan kayu-kayu yang dapat dimanfaatkan.
Setelah tahapan land clearing inilah, dapat dilakukan tindakan lebih lanjut, misalnya pemasangan geotextile, aplikasi material seperti batu, pasir, dibantu alat-alat berat, dan kemudian konstruksi bangunan yang diinginkan.